Sesungguhnya Tuhan menciptakan
umat-Nya begitu lengkap dan sempurna antara ciptaan satu dan lainnya
saling terkait dan terikat, saling membutuhkan dan dibutuhkan, yang
dalam bahasa ilmiah disebut rantai kehidupan. Dalam ilmu pertanian pun
mengajarkan hakikat pertanian yang baik dan benar adalah pertanian yang
memberikan propaganda hasil berkelanjutan melalui jalan keseimbangan
antara sifat fisika, kimia, dan biologi, artinya jika tiga komponen ini
hanya diprioritaskan salah satu dan meninggalkan komponen yang lain maka
sesungguhnya petani tersebut bukanlah petani yang bijak rasional yang
tentunya akan memberikan multiplayer effect negatif berkepanjangan tanpa batas bila tidak segera diatasi secepatnya.
Di masa Orde Baru dengan adanya gerakan produktivitas pertanian atau biasa disebut Revolusi Hijau yaitu memacu percepatan indeks produktivitas persatuan luas melalui jalan pintas yaitu selalu mengedepankan komponen unsur makro yang dibuat dengan cara sintetis, NPK misalnya.
Tapi sungguh patut disayangkan ketika itu tidak ditegakkan prinsip
pertanian yang berkelanjutan dengan pola pemberian pupuk yang seimbang
antara yang organik dan yang
anorganik. Gerakan tersebut begitu pesatnya dan produktivitaspun
meningkat tajam bahkan larut terlena sampai puluhan tahun lamanya. Tapi
sayangnya dibalik konsepsi ini seolah tidak diprediksikan bahwa justru
memberikan kontribusi yang bersifat negatif yang kita nikmati sekarang ini.
Manifestasi dari dampak tersebut diantaranya sifat
fisik tanah mengeras yang berdampak pada mudah kering ketika panas dan
mudah banjir ketika hujan. Kadar 16 unsur hara yang dibutuhkan tanaman
dan terkandung dalam tanah menurun drastis, yang berdampak pada peningkatan yang tajam kebutuhan pupuk dari waktu ke waktu dalam luasan yang sama walaupun apresiasi produksi nyaris stagnan bahkan sebagian nyaris menurun. Menurunnya
populasi multi mikroba yang berfungsi menambat nitrogen, melarutkan
phospat dan kalium berdampak nyata pada peningkatan kebutuhan pemakaian
pupuk NPK dalam luasan yang sama. Menurunnya strain dan koloni multimikroba yang memberikan multifungsi bagi pertanian diantaranya sebagai bio kontrol
sekaligus bio pestisida, yang berakibat meledaknya multi penyakit yang
sudah tidak bisa lagi dikendalikan oleh pestisida kimia karena
resistensi. Kondisi ini membutuhkan energi besar untuk menuntaskannya. Menurun drastisnya strain dan koloni multimikroba yang salah satu di antaranya
berfungsi mereduksi kadar logam berat, tapi sisi lain pemakaian sarana
pertanian dengan kimia sintetis masih berlebihan dan terus menerus, kondisi ini berdampak pada begitu tingginya kadar bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Mungkin sebagian sudah di ambang batas, salah satu indikatornya adalah ketika diekspor ke negara maju yang sudah sadar betapa pentingnya arti kesehatan bagi warganya, ditolak karena tidak layak untuk kesehatan menurut kacamata mereka.
Begitu juga diakui atau tidak bahwa nyaris
puluhan tahun seluruh petani di negeri ini tidak pernah memakai
multihormon organik/ zat pengatur tumbuh, kondisi ini memberikan dampak
imbas terhadap proses pengkerdilan berbagai macam tanaman sehingga wajar
saja jika diberbagai daerah tidak bisa memberikan hasil maksimal.
Padahal multihormon tersebut sunggulah dibutuhkan oleh tanaman untuk
proses tumbuh kembang, di antaranya Auksin untuk merangsang keluarnya
akar sebanyak mungkin dan secepat mungkin, Sitokinin dan Giberelin untuk
pembelahan sel dan penjarangan antar sel supaya jaringan besar sehingga
ukuran hasil pertanianpun besar, Asam Absisat memberikan peran menjaga
ketahanan terhadap kekeringan sehingga ketika tanaman contohnya singkong
jika di musim kemarau tetap melakukan proses kerja pembesaran umbi,
Etilena merangsang keluarnya bunga dan buah serempak sangat dibutuhkan
pada tanaman padi contohnya, dan Asam Traumalin merangsang percepatan
penyembuhan luka akibat serangan serangga, pemangkasan maupun pemetikan
seperti pada cabe dan the. Jika hormon-hormon organik tersebut
dimanfaatkan oleh petani akan memberikan dampak nyata yaitu mendongkrak
panen yang pada akhirnya juga laba bersih yang didapat petani akan
meningkat tajam terlebih motivasi para petani itu sendiri.
Menurut manajemen penatalaksanaan kedokteran meliputi
anamnesa, pemeriksaan, diagnosa, terapi, dan prognosa, jika manajemen
ini diterapkan dalam pertanian saat ini, secara anamnesa (keluhan
petani) meliputi rentannya tanaman terhadap hama penyakit dan menipisnya
laba yang didapat. Pemeriksaan, secara laboratorium kadar C-Organik
sebagai nyawanya tanah, indikator kesuburan tanah, dan media biak
multimikroba mengalami penurunan drastis, yang pada tahun 1970-an secara
nasional diatas 2.5 % tapi sekarang mendekati 1%, padahal idealnya di
atas 3%. Diagnosa menyimpulkan bahwa tanah mengalami sakit , terapinya
yaitu suplai pupuk bio organik pada kesempatan pertama dan
sebanyak-banyaknya yang memiliki kadar C-Organik setinggi mungkin dan
multimikroba yang bersimbiotik dengan pertanian tanpa memiliki sifat
patogenitas sebanyak mungkin. Prognosa, jika tidak diberi terapi
tersebut maka menghadapi resiko yang sifatnya massal terhadap rendahnya
produktivitas nasional yang pada akhirnya menjadikan kondisi psikologis
petani yang bersifat dismotivasi tapi jika segera dilakukan terapi
tersebut maka produktivitas meningkat berkelanjutan, petaninya sehat,
hasil pertaniannyapun dikonsumsi juga sehat yang pada akhirnya
keuntungan petani meningkat, inilah sumber kekuatan bagi petani.
Sungguhlah patut semua pihak tanpa kecuali
untuk melakukan gerakan yang bersifat massal, revolusi pertanian yang
berbasiskan bio organik/hayati organik. Ini semua semata-mata untuk
kelangsungan kehidupan yang lebih manusiawi yang berangkat dari
kesehatan tanah itu sendiri, para petani sebagai pelakunya, hasil
pertanian yang diproduksi, dan sesama yang mengkonsumsinya.
Tidaklah berlebihan dan terlalu sulit
pekerjaan rumah yang berat ini jika dilakukan oleh semua insan yang
merasa bagian dari integritas negara besar Republik Indonesia ini yang
mempunyai karakter pertanian. Untuk itu penulis merasa terpanggil untuk
menyuarakan, mengajak semua segmen lapisan masyarakat untuk bersama-sama
memahami, menyadari untuk melangkahkan kaki seawal mungkin untuk ikut
andil membuat proses perubahan bermakna dari pertanian yang serba kimia
sintetis kembali ke pertanian yang berbasis pertanian bio organik, atau
setidaknya pertanian yang seimbang antara yang organik dan yang
anorganik.
Jika kita mau jujur, sejenak menahan nafas
berdiskusi dengan sang hatinya sendiri, relakah jika anak cucu kita
terus menerus bagai tanpa peduli untuk diberi asupan yang katanya penuh
gizi tapi di balik itu masih mengandung kadar bahan kimia yang sudah
tidak lagi sedikit kadarnya? Sebagian dari banyak orang pasti tau betapa
besar akibat bahan kimia sebagai residu dari hasil pertanian tersebut
bagi kesehatan anak-anak yang sedang tumbuh kembang baik anatomi
fisiologi otak maupun psikologi edukasi dini terhadap apa yang
sebenarnya dikonsumsi. Padahal kita sudah tau tapi kadang pura-pura
tidak tau bahkan sebagian dari kita tidak mau tau terhadap multiplayer effect
negatifnya bahan kimia sintetis untuk pangan yang dikonsumsi anak cucu
kita, sekalipun dalam botol kemasan tertulis larangan untuk didekati
anak kecil (jauhkan dari anak kecil).
Pengalaman yang paling sulit kita
lupakan adalah ketika sedang sakit terlebih sedang berbaring di rumah
sakit. Pasti kondisi seperti ini tidak bisa dituntut untuk bekerja
sebagaimana saat sedang sehat, begitu jugalah kondisi lahan pertanian
yang kita miliki dan yang kita cintai saat ini adanya, tidak mungkin
memberi hasil maksimal sebelum disehatkan dulu. Kita pun akan merasakan
betapa bermanfaatnya kesehatan itu justru saat kita sedang sakit, ibarat
gelas terasa begitu bermanfaat ketika retak apalagi ketika sudah pecah,
rasanya penulis dengan segala kerendahan hati namun sekuat hati
menyampaikan pesan ”Kesehatan memang bukan berarti segalanya, tapi segalanya tiada berarti tanpa kesehatan ” melalui cara yang sangat sederhana yaitu ”Kasihi yang dibumi, pasti yang di langit mengasihimu” dan berujung ”Miliki
yang dicintai dan cintai yang dimiliki, karena pertanian ini milik
kita. Satu langkah nyata jauh lebih indah daripada ribuan langkah dalam
mimpi belaka. Kadang kita mengabaikan sebutir benih kebajikan kadang
pula terasa lelah menebar merata padahal jika sudah besar sungguhlah
menyejukkan bahkan bisa menebar kembali ke sekitarnya. Untuk segenap
sahabatku para petani, do’aku mengalir di nadimu dalam kiprah karya nan
indah kembangkan pertanian hayati organik.”
Penulis :
Wayan Supadno (0811763161)
Formulator Pupuk Hayati dan Organik
Kabid. Penelitian Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar