Jumat, 06 Juli 2012

bangkit

Melihat Pupuk Bio Organik dari Mata Kesehatan


pak-wayan1
Sesungguhnya Tuhan menciptakan umat-Nya begitu lengkap dan sempurna antara ciptaan satu dan lainnya saling terkait dan terikat, saling membutuhkan dan dibutuhkan, yang dalam bahasa ilmiah disebut rantai kehidupan. Dalam ilmu pertanian pun mengajarkan hakikat pertanian yang baik dan benar adalah pertanian yang memberikan propaganda hasil berkelanjutan melalui jalan keseimbangan antara sifat fisika, kimia, dan biologi, artinya jika tiga komponen ini hanya diprioritaskan salah satu dan meninggalkan komponen yang lain maka sesungguhnya petani tersebut bukanlah petani yang bijak rasional yang tentunya akan memberikan multiplayer effect negatif berkepanjangan tanpa batas bila tidak segera diatasi secepatnya.
Di masa Orde Baru dengan adanya gerakan produktivitas pertanian atau biasa disebut Revolusi Hijau yaitu memacu percepatan indeks produktivitas persatuan luas melalui jalan pintas yaitu selalu mengedepankan komponen unsur makro yang dibuat dengan cara sintetis, NPK misalnya. Tapi sungguh patut disayangkan ketika itu tidak ditegakkan prinsip pertanian yang berkelanjutan dengan pola pemberian pupuk yang seimbang antara yang organik dan yang anorganik. Gerakan tersebut begitu pesatnya dan produktivitaspun meningkat tajam bahkan larut terlena sampai puluhan tahun lamanya. Tapi sayangnya dibalik konsepsi ini seolah tidak diprediksikan bahwa justru memberikan kontribusi yang bersifat negatif yang kita nikmati sekarang ini.
Manifestasi dari dampak tersebut diantaranya sifat fisik tanah mengeras yang berdampak pada mudah kering ketika panas dan mudah banjir ketika hujan. Kadar 16 unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan terkandung dalam tanah menurun drastis, yang berdampak pada peningkatan yang tajam kebutuhan pupuk dari waktu ke waktu dalam luasan yang sama walaupun apresiasi produksi nyaris stagnan bahkan sebagian nyaris menurun. Menurunnya populasi multi mikroba yang berfungsi menambat nitrogen, melarutkan phospat dan kalium berdampak nyata pada peningkatan kebutuhan pemakaian pupuk NPK dalam luasan yang sama. Menurunnya strain dan koloni multimikroba yang memberikan multifungsi bagi pertanian diantaranya sebagai bio kontrol sekaligus bio pestisida, yang berakibat meledaknya multi penyakit yang sudah tidak bisa lagi dikendalikan oleh pestisida kimia karena resistensi. Kondisi ini membutuhkan energi besar untuk menuntaskannya. Menurun drastisnya strain dan koloni multimikroba yang salah satu di antaranya berfungsi mereduksi kadar logam berat, tapi sisi lain pemakaian sarana pertanian dengan kimia sintetis masih berlebihan dan terus menerus, kondisi ini berdampak pada begitu tingginya kadar bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Mungkin sebagian sudah di ambang batas, salah satu indikatornya adalah ketika diekspor ke negara maju yang sudah sadar betapa pentingnya arti kesehatan bagi warganya, ditolak karena tidak layak untuk kesehatan menurut kacamata mereka.
Begitu juga diakui atau tidak bahwa nyaris puluhan tahun seluruh petani di negeri ini tidak pernah memakai multihormon organik/ zat pengatur tumbuh, kondisi ini memberikan dampak imbas terhadap proses pengkerdilan berbagai macam tanaman sehingga wajar saja jika diberbagai daerah tidak bisa memberikan hasil maksimal. Padahal multihormon tersebut sunggulah dibutuhkan oleh tanaman untuk proses tumbuh kembang, di antaranya Auksin untuk merangsang keluarnya akar sebanyak mungkin dan secepat mungkin, Sitokinin dan Giberelin untuk pembelahan sel dan penjarangan antar sel supaya jaringan besar sehingga ukuran hasil pertanianpun besar, Asam Absisat memberikan peran menjaga ketahanan terhadap kekeringan sehingga ketika tanaman contohnya singkong jika di musim kemarau tetap melakukan proses kerja pembesaran umbi, Etilena merangsang keluarnya bunga dan buah serempak sangat dibutuhkan pada tanaman padi contohnya, dan Asam Traumalin merangsang percepatan penyembuhan luka akibat serangan serangga, pemangkasan maupun pemetikan seperti pada cabe dan the. Jika hormon-hormon organik tersebut dimanfaatkan oleh petani akan memberikan dampak nyata yaitu mendongkrak panen yang pada akhirnya juga laba bersih yang didapat petani akan meningkat tajam terlebih motivasi para petani itu sendiri.
Menurut manajemen penatalaksanaan kedokteran meliputi anamnesa, pemeriksaan, diagnosa, terapi, dan prognosa, jika manajemen ini diterapkan dalam pertanian saat ini, secara anamnesa (keluhan petani) meliputi rentannya tanaman terhadap hama penyakit dan menipisnya laba yang didapat. Pemeriksaan, secara laboratorium kadar C-Organik sebagai nyawanya tanah, indikator kesuburan tanah, dan media biak multimikroba mengalami penurunan drastis, yang pada tahun 1970-an secara nasional diatas 2.5 % tapi sekarang mendekati 1%, padahal idealnya di atas 3%. Diagnosa menyimpulkan bahwa tanah mengalami sakit , terapinya yaitu suplai pupuk bio organik pada kesempatan pertama dan sebanyak-banyaknya yang memiliki kadar C-Organik setinggi mungkin dan multimikroba yang bersimbiotik dengan pertanian tanpa memiliki sifat patogenitas sebanyak mungkin. Prognosa, jika tidak diberi terapi tersebut maka menghadapi resiko yang sifatnya massal terhadap rendahnya produktivitas nasional yang pada akhirnya menjadikan kondisi psikologis petani yang bersifat dismotivasi tapi jika segera dilakukan terapi tersebut maka produktivitas meningkat berkelanjutan, petaninya sehat, hasil pertaniannyapun dikonsumsi juga sehat yang pada akhirnya keuntungan petani meningkat, inilah sumber kekuatan bagi petani.
Sungguhlah patut semua pihak tanpa kecuali untuk melakukan gerakan yang bersifat massal, revolusi pertanian yang berbasiskan bio organik/hayati organik. Ini semua semata-mata untuk kelangsungan kehidupan yang lebih manusiawi yang berangkat dari kesehatan tanah itu sendiri, para petani sebagai pelakunya, hasil pertanian yang diproduksi, dan sesama yang mengkonsumsinya.
Tidaklah berlebihan dan terlalu sulit pekerjaan rumah yang berat ini jika dilakukan oleh semua insan yang merasa bagian dari integritas negara besar Republik Indonesia ini yang mempunyai karakter pertanian. Untuk itu penulis merasa terpanggil untuk menyuarakan, mengajak semua segmen lapisan masyarakat untuk bersama-sama memahami, menyadari untuk melangkahkan kaki seawal mungkin untuk ikut andil membuat proses perubahan bermakna dari pertanian yang serba kimia sintetis kembali ke pertanian yang berbasis pertanian bio organik, atau setidaknya pertanian yang seimbang antara yang organik dan yang anorganik.
Jika kita mau jujur, sejenak menahan nafas berdiskusi dengan sang hatinya sendiri, relakah jika anak cucu kita terus menerus bagai tanpa peduli untuk diberi asupan yang katanya penuh gizi tapi di balik itu masih mengandung kadar bahan kimia yang sudah tidak lagi sedikit kadarnya? Sebagian dari banyak orang pasti tau betapa besar akibat bahan kimia sebagai residu dari hasil pertanian tersebut bagi kesehatan anak-anak yang sedang tumbuh kembang baik anatomi fisiologi otak maupun psikologi edukasi dini terhadap apa yang sebenarnya dikonsumsi. Padahal kita sudah tau tapi kadang pura-pura tidak tau bahkan sebagian dari kita tidak mau tau terhadap multiplayer effect negatifnya bahan kimia sintetis untuk pangan yang dikonsumsi anak cucu kita, sekalipun dalam botol kemasan tertulis larangan untuk didekati anak kecil (jauhkan dari anak kecil).
Pengalaman yang paling sulit kita lupakan adalah ketika sedang sakit terlebih sedang berbaring di rumah sakit. Pasti kondisi seperti ini tidak bisa dituntut untuk bekerja sebagaimana saat sedang sehat, begitu jugalah kondisi lahan pertanian yang kita miliki dan yang kita cintai saat ini adanya, tidak mungkin memberi hasil maksimal sebelum disehatkan dulu. Kita pun akan merasakan betapa bermanfaatnya kesehatan itu justru saat kita sedang sakit, ibarat gelas terasa begitu bermanfaat ketika retak apalagi ketika sudah pecah, rasanya penulis dengan segala kerendahan hati namun sekuat hati menyampaikan pesan ”Kesehatan memang bukan berarti segalanya, tapi segalanya tiada berarti tanpa kesehatan ” melalui cara yang sangat sederhana yaitu ”Kasihi yang dibumi, pasti yang di langit mengasihimu” dan berujung Miliki yang dicintai dan cintai yang dimiliki, karena pertanian ini milik kita. Satu langkah nyata jauh lebih indah daripada ribuan langkah dalam mimpi belaka. Kadang kita mengabaikan sebutir benih kebajikan kadang pula terasa lelah menebar merata padahal jika sudah besar sungguhlah menyejukkan bahkan bisa menebar kembali ke sekitarnya. Untuk segenap sahabatku para petani, do’aku mengalir di nadimu dalam kiprah karya nan indah kembangkan pertanian hayati organik.”
Penulis :
Wayan Supadno (0811763161)
Formulator Pupuk Hayati dan Organik
Kabid. Penelitian Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina)

SINGKONG 90 TON/HA

radar-lampung-25-april-2012
Kebutuhan singkong dunia akan melonjak tajam karena semakin banyak produk turunannya, begitu juga di Indonesia apalagi sejak dibatasi impor terigu. Kondisi ini pasti akan mendongkrak harga singkong ke depan.
Singkong sumber hidup keluarga petani, singkong sudah sangat baik dengan petani, tapi sayang petani “belum” baik dengan singkong, memang singkong rakus 16 unsur hara dan multi hormon, tapi yang diberi petani selama ini hanya 3 unsur hara saja yakni NPK yaitu N (Urea), Phospat (SP-36), Kalium (KCl) saja, di mana bijak rasionalnya??? Makanya kebutuhan pupuk naik terus tiap musim dalam luasan yang sama sebaliknya produksi per hektar cenderung menurun. Bahkan justru diberi pupuk kandang tanpa fermentasi sempurna (belum matang) yang menjadi “sumber malapetaka yaitu penyakit tular tanah jamur upas” yang dampaknya sangat fatal jangka panjang. Kesimpulannya, untuk mendongkrak hasil dan lahan lestari jangka panjang singkong mutlak butuh pupuk hayati organik (Bio-EXTRIM dan ORGANOX) plus multi hormon (HORMAX) yang mengandung 16 unsur hara dan multi hormon.

Prinsip kerjanya meliputi :
  1. Perbesar peluang keluar akar = lukai bibit segar di beberapa titik ruas bibit yang akan ditimbun tanah.
  2. Perbanyak akar dan tunas = Auksin yang terkandung dalam ZPT HORMAX
  3. Sajikan makanan super mewah jangka panjang = multimikroba yang terkandung dalam Bio-EXTRIM Granul dan ORGANOX
  4. Ledakkan ukuran umbi melalui proses sitokinesis poliploidi = Sitokinin, Giberelin, Kholkisin dalam ZPT HORMAX.
  5. Musim kemarau tetap survive dan aktif dalam pembesaran umbi = Asam Absisat dalam ZPT HORMAX.
Prosedur/ cara aplikasinya :
  1. Potong bibit singkong 25 cm, gergaji/lukai beberapa titik, di bagian pangkal bibit yang akan terbenam tanah, sisakan 2 mata tunas paling atas.
  2. Rendam total bibit singkong sebelum tanam ke larutan 25 liter air + 0,5 liter ZPT HORMAX dan 1 liter ORGANOX selama 30 menit .
  3. Tanam kedalaman 15 cm (semua yang dilukai tertimbun), timbun dengan Bio EXTRIM Granul 250 gr/pohon.
  4. Kucur  2-3 bulan sekali  5 tutup ZPT HORMAX + minimal 15 tutup ORGANOX per tangki pada pangkal batang.
  5. Pemberian NPK 1,5 kuintal/ha pada umur 2-3 bulan setelah tanam.
  6. Bila  sudah terlanjur tanam, masih efektif, tambahkan saja dosisnya semprot 5 tutup  ZPT HORMAX + 25 tutup ORGANOX per tangki 14 liter di perakaran/ umbi pada awal aplikasi, selanjutnya dosis seperti biasa setiap 2 bulan sekali. Aplikasi ORGANOX semakin pekat semakin baik untuk besarkan umbi.
  7. Penyemprotan pembasmi gulma 3 hari sebelum penanaman dan penyemprotan ORGANOX & ZPT HORMAX.
  8. Untuk singkong yang terserang jamur upas, semprot BOMAX (Pestisida Hayati) 20 tutup/tangki 14 liter, karena mengandung Pseudomonas sp. 4.5 x 1010 CFU/ml, Bacillus sp. 1.2 x 108 CFU/ml, Lactobacillus sp. 7.8 x 107 CFU/ml, Streptomyces sp. 4.0 x 106 CFU/ml, , Saccharomyces sp. 2.3 x 106 CFU/ml, Aspergillus niger 2.0 x 105 CFU/ml.
  9. Teknologi WS ini berlaku untuk semua varietas juga cocok untuk tanaman umbi lainnya seperti bawang merah, kentang, ubi jalar, wortel, dll. “Saksikan Demplot di Agen Terdekat”
  10. Kebutuhan target 90 ton/ha
  • Bio EXTRIM Granul 2 ton/ha
  • ZPT HORMAX 7 liter/ha
  • ORGANOX 20 liter/ha
  • NPK 1.5 kuintal/ha
copy-of-all-product-bja
11. Jika maksimal investasi Rp. 15 juta/ha, hasil singkong 90 ton/ha umur 10 bulan. Maka  biaya produksi = Rp 15 juta : 90 ton = Rp. 167/kg. Padahal harga singkong Rp. 1.000/kg. Apakah masih mahal ??? Bandingkan dengan cara lainnya.

Aneh Tapi Nyata : Karet Panen 2x Lipat, Jamur Akar Putih Terkendali


foto-karet-way-kanan


Karet salah satu komoditas strategis nasional karena telah memberi kontribusi devisa 5% dari sektor non migas. Karet tumpuan hidup petani tapi sayang petani sering melakukan kesalahan yang mengakibatkan serangan penyakit tular tanah yakni jamur akar putih (Rigidoporus microporus) karenanya kerugian nasional Rp. 3 Trilyun / tahun, ini akibat pemakaian pupuk kandang tanpa fermentasi sempurna, tumpang sari dengan singkong sebagai inang jamur dll. Seharusnya yang ditanam untuk tumpang sari adalah tanaman rimpang-rimpangan seperti Kunyit dan Temulawak karena mengandung Curcuma yang antagonis terhadap jamur akar putih.

Bakteri Azospirillum sp. Azotobacter dan Rhizobium berperan menambat Nitrogen (Rao, 1994) artinya sebagai pengganti Urea. Bakteri Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. pelarut Phospat dan Kalium (Rodriquezz dan Fraga, 1999) artinya pengganti SP36 dan KCl, juga sebagai biopestisida jamur akar putih dan jamur upas pada karet (Van Loon 2000). Pupuk Bio Organik ORGANOX dan Pupuk Hayati Bio-EXTRIM mengandung bakteri Azospirillum sp., Azotobacter sp., Rhizobium sp., Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. juga mengandung C-Organik sangat tinggi, penting sekali untuk kesuburan tanah.

Hormon Sitokinin dan Giberelin mampu membelah sel secara berlebihan berlipat ganda kuadran/ sitokinesis poliploidi (Campbell et al., 2002). Hormon Asam Absisat berperan menjaga keseimbangan cairan tubuh tanaman (Campbell et al., 2002), sehingga mampu bertahan dalam kondisi kemarau, getah karet tetap aktif produktif. ZPT HORMAX, multihormon organik diantaranya mengandung hormon : Sitokinin, Giberelin, dan Asam Absisat. Komposisi ini sangat menguntungkan petani karet yang membutuhkan stabilitas hasil lateksnya tetap tinggi.

Kombinasi ZPT HORMAX, ORGANOX, dan Bio-EXTRIM sebuah solusi bijak rasional untuk karet mutlak butuh 16 unsur hara, multihormon dan biopestisida penyakit yang sangat menakutkan petani. Cara aplikasi Teknologi WS (Wayan Supadno/ Hp. 0811763161/www.bangkittani.com) :
  1. Semprot 4 tutup ZPT HORMAX campur 20 tutup ORGANOX/ tangki 3x sebulan, selanjutnya 1x sebulan di kulit batang terutama di luka deres. Bulan kedua lateks sudah mengucur 2x lipat.
  2. Wajib tabur Bio-EXTRIM Granul 0.5 ton/ha/6 bulan agar produksi karet tetap tinggi.
  3. NPK 25% dari kebutuhan biasa.
Testimoni Petani Sukses :

  1. Bpk. Imam Santoso (0852 6915 0020) di Ds. Kedung Sri Mulyo, Kec. Way Serdang, Mesuji, sebelumnya batangnya keras sulit disadap hasilnya hanya 50-60 kg /0.75 ha/minggu, setelah menggunakan Teknologi WS sekarang lebih dari 102 kg/minggu, batang lebih empuk, mudah disadap,.
  2. Bpk. Eko (0852 7919 9382) di Ds. Negeri Sakti, Kec. Pakuan Ratu, Way Kanan, karetnya tumbuh lebih subur, sebelumnya dari 0.5 ha dia hanya memperoleh maksimal 50 kg, sekarang lebih dari 80 kg/minggu, warna getah semula kuning jadi putih, bekas luka sadap cepat pulih, bahkan sadapan yang sudah mati bisa mengalir kembali dan lateks mengalir lebih lama, otomatis hasil lebih banyak.
  3. Bpk. Widarto (0852 6633 0050) di Ds. Menggalate Kec. Gunung Agung, Tulang Bawang Barat, dengan Teknologi WS getahnya mengalir terus, sebelumnya 75 kg/ha/minggu sekarang minimal 120 kg/ha.
  4. Bpk. Andi (0813 7966 6939) di Ds. Sukajaya, Kec. Gunung Agung, Kab. Tulang Bawang Barat, setelah menggunakan Teknologi WS batang sadap lebih empuk, sebelumnya ia hanya mendapat 25 kg/0.75 ha/4 hari sekarang bahkan lebih dari 40 kg/0.75 ha/4 hari atau sekitar 100 kg/minggu.
  5. Bpk. Aris (0813 6906 7109) di Ds. Gisting Jaya, Kec. Negara Batin, Way Kanan dulunya hanya 60-80 kg/0.75 ha/20 hari, sekarang setelah menggunakan Teknologi WS hasilnya 130-150 kg/0.75 ha/20 hari.
  6. Bpk. Tambah (0852 7982 5887) di Ds. Tanjung Rejo, Negeri Agung, Way Kanan, sebelumnya hanya 65 kg/ha/minggu, sekarang lebih dari 95 kg/ha/minggu.

Saatnya Menjadi Mantri Tanah

Perangkat Uji Tanah

uji-tanah-02uji-tanah-01

Ada terobosan baru yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah Departemen Pertanian. Mereka telah menemukan alat untuk mengetes unsur hara tanah. “Kami membuat Perangkat Uji Tanah dalam dua jenis tanah berbeda yaitu tanah sawah dan tanah ke­ring,” ungkap Dr. Diah Setyorini, Peneliti di Balai Penelitian Tanah Departemen Pertanian. Dengan alat ini, petani tidak perlu repot-repot lagi memangggil ahli yang biasa mengukur hara tanah. Ia tinggal menggunakannya sendiri.
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat untuk menganalisis kadar hara dari tanah sawah. Alat ini dapat digunakan di lapangan secara cepat, mudah, akurat, dan murah. PUTS dirancang untuk mengukur kadar N, P, K, dan pH untuk jenis tanah sawah atau tanah basah.
PUTS bekerja dengan cara mengukur hara N, P, dan K yang terdapat di dalam tanah secara semi kuantitatif de­ngan metode kolorimetri atau pewarnaan. Hasil analisis ini digunakan sebagai dasar penentuan pemupukan N, P, dan K secara spesifik untuk tanaman padi dengan produktivitas setara IR-64 (5-7t GKP/ ha).
Pengunaan Perangkat Uji Tanah ini memiliki kelebihan seperti cepat, mudah, akurat, dan murah. Terdapat dua jenis alat pengujian yaitu Perangkat Uji Tanah Sawah dan Perangkat Uji Tanah Kering. Hasil pengujian bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk melakukan pemupukan.
Satu unit Perangkat Uji Tanah Sawah terdiri dari satu paket bahan kimia dan alat ekstraksi kadar N, P, K, dan pH; bagan warna untuk penetapan kadar pH, N, P, dan K; buku petunjuk penggunaan serta rekomendasi pupuk untuk padi sawah; dan bagan warna daun.
Cara melakukan pengujian sangat mudah. Sample tanah yang diambil perlu diperhatikan hal-hal seperti keseragaman areal atau hamparan, topografi, tekstur tanah, warna tanah dan kondisi tanaman. Carilah lahan sawah yang memiliki sifat homogen dalam melakukan pengujian. Ada beberapa alat yang digunakan dalam melakukan pengujian ini. Alat-alat yang diperlukan berupa bor tanah, cangkul atau sekop dan ember plastik untuk mengaduk kumpulan contoh tanah.
Satu set alat PUTS dapat digunakan untuk menganalisis contoh tanah sekitar 50 contoh tanah. Jika dirawat, disimpan, dan ditutup dengan baik, alat dan bahan kimia dalam PUTS dapat bertahan selama 1 hingga 1,5 tahun.
uji-tanah-03uji-tanah

Tak berbeda jauh dengan PUTS, Pe­rangkat Uji Tanah Kering (PUTK) juga memiliki fungsi dan kegunaan yang hampir sama. “Bedanya, PUTK digunakan untuk menguji tanah kering seperti tanah perkebunan dan padi gogo,” terang Diah.
PUTK ini digunakan untuk mengukur kadar P, K, C-Organik, pH, dan kebutuhan kapur dalam tanah. Prinsip kerja PUTK yaitu mengukur hara P dan K dalam tanah yang tersedia dalam bentuk semi kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu kolorimetri atau pewarnaan. Hasil analisis yang didapat menjadi dasar rekomendasi pemupukan P dan K secara spesifik untuk tanaman jagung, kedelai, dan padi gogo.
Satu unit PUTK terdiri dari satu paket bahan kimia dan alat untuk penetapan P, K, bahan organik, pH, dan kebutuhan kapur; bagan warna P dan pH tanah, bagan K, kebutuhan kapur, dan C-Orga­nik tanah; buku petunjuk penggunaan serta rekomendasi pemupukan untuk ja­gung, kedelai, dan padi gogo. (Iwa)

Mengapa Harus Memakai Pupuk Hayati?

formulator3 


Setelah puluhan tahun kita semua baru terhenyak, pemakaian pupuk kimia sintetis berdampak sistemik terhadap semua segi kehidupan, terutama bidang pertanian. Dibutuhkan evaluasi dan kajian yang mendalam sehingga mampu menyentuh pada hakikat pertanian yang lebih manusiawi.

Tanaman tidak hanya membutuhkan NPK, tapi mutlak membutuhkan 16 unsur makro dan mikro, fitohormon juga pestisida hayati/alami. Kenyataan di lapangan berbeda, mayoritas petani “memaksakan kehendak” dengan cara meningkatkan suplai NPK saja tanpa memperhatikan ”Neraca Hara” dan faktor-faktor penentu lainnya. Semua tak lain kecuali untuk mengejar produksi.

Akibatnya, kebutuhan pupuk dalam luas yang sama semakin meningkat tajam, di tanah kandungan mikroba penambat N dan pelarut P serta K nyaris tiada lagi. Kandungan C-Organik di tanah intensifikasi pertanian menurun drastis. Di pulau Jawa hanya tinggal di bawah 1% saja. Idealnya harus lebih dari 3%. Lahan pertanian kita sakit kronis, komplikatif.

Jika kita berupaya untuk menyehatkan kembali di posisi ideal C-Organik, dibutuhkan pupuk organik yang terfermentasi dengan baik. Kadar C-Organiknya yang tinggi. Hal ini berarti dibutuhkan volume kubikasi atau tonase yang sangat besar jumlahnya.

Untuk memenuhi kebutuhan NPK guna menekan tonase pupuk organik tetapi tetap upaya organik maka dibutuhkan pupuk hayati.

Pupuk Hayati dan Percepatan Penyehatan Lahan

Pertanyaannya, kenapa pupuk hayati? Pupuk bisa sebagai penambat Nitrogen, pelarut Phospat dan Kalium. Pupuk hayati mampu menambat Nitrogen yang berlimpah ruah di alam bebas mencapai 79%.

Pupuk hayati mampu melarutkan Phospat dan Kalium yang sangat berlimpah ruah di lahan. Asal tahu saja, pada dasarnya tanah pertanian kita kaya akan P tapi tidak bisa termanfaatkan oleh tanaman. Kekayaan P dan K tersebut secara alami memang karakter tanah di indonesia dan ditambah lagi berasal dari sisa yang selama ini disuplai oleh pupuk kimia sintetis pada saat pemupukan. Sekedar informasi, dari total keseluruhan yang diberikan pupuk kimia ke tanah, P dan K hanya termanfaatkan oleh tanaman sekitar 30% saja dari total kandungannya. Selebihnya menjadi cadangan deposit kita.

Dengan pupuk hayati, deposito P dan K mampu dilarutkan kembali oleh bakteri Pseudomonas, Bacillus dan lain-lain yang dikandungnya.

Lahan yang kronis akibat pemakaian pupuk kimia sintetis membutuhkan percepatan penyehatan. Maka sungguh sangat bijak jika kita memahami arti pupuk hayati yang mengandung bakteri seperti Azospirrilum, Azoctobacter, Rhizobium dan lain sebagainya.

Menurut Rodriquezz dan Fraga (1999) dari beberapa strain bakteri, ternyata genus Pseudomonas dan Bacillus mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melarutkan phospat.

Lahan dikatakan sakit, juga diakibatkan oleh kurangnya Zat Perangsang Tumbuh/Fitohormon organik seperti Sitokinin (Kinetin dan Zeatin), Auksin (IAA), Giberrelin (GA), Ethilena dan sejenisnysa.

Zat-zat tersebut juga dipersembahkan oleh Pupuk Hayati. Bakteri Azospirrilum, Azoctobacter, Pseudomonas dan sejenisnya yang terkandung dalam pupuk hayati mampu menyediakan zat-zat tersebut secara optimal.

Ketersediaan fitohormon alami yang disekresikan oleh mikroba/ pupuk hayati nyaris tidak tersedia di lahan pertanian intensif. Kondisi ini tentu menghambat percepatan tumbuh maupun total produktivitas yang hendak dicapai oleh petani. Wajar jika kemudian untuk mengejar produktivitas sangat sulit, karena di negeri ini begitu minim pemakaian pupuk hayati.

Mikroba dan Pertumbuhan Tanaman

Berbagai hasil penelitian melaporkan bahwa beberapa kelompok mikroba mampu menghasilkan senyawa yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Sebagai contoh, bakteri Rhizobium yang terseleksi mampu menstimulasi pertumbuhan, baik pada tanaman leguminoceace (tanaman kacang-kacangan) maupun yang bukan Legumonoceace pada skala lapangan. Bakteri tersebut mampu memproduksi fitohormon yaitu sitokonin dan auksin (Hoflich, 1995).

Hasil penelitian yang lain menyebutkan bahwa Streptomyces griseoviridis juga mampu memproduksi auksin yaitu IAA (indol-3-acetic acid) secara in vitro. Metabolit ini dapat berperan sebagai stimulator pertumbuhan tanaman, tetapi pada skala lapangan produksi IAA perlu dikaji lebih lanjut (Tuomi et. al, 1940).

Salah satu anggota rhizobakteria dengan kemampuan menambat nitrogen baik sebagai mikroorganisme yang hidup bebas atau berasosiasi dengan perakaran tanaman pangan seperti jagung dan padi adalah Azospirillum (Dobereiner dan Day 1976). Azospirillum brasilense dapat memperbaiki produktivitas tanaman melalui penyediaan N2 atau melalui stimulasi hormon (Tien et al. 1979). Fallik dan Okon (1996) menyatakan bahwa Azospirillum mampu meningkatkan hasil panen tanaman pada berbagai jenis tanah dan iklim dan menurunkan kebutuhan pupuk nitrogen sampai 35%.

Di samping itu, Azospirillum dapat meningkatkan jumlah serabut akar padi (Gunarto et al. 1999), tinggi tanaman (Okon dan Kapulnik 1986), dan menambah konsentrasi fitohormon asam indol asetat (AIA) dan asam indol butirat (AIB) bebas di daerah perakaran (Fallik et. al. 1988).

Azotobacter yang diisolasi dari tanah masam Jawa Barat mempunyai kemampuan dalam penambatan nitrogen yang unggul (>400 mg/g b.k sel). Selain itu isolat Azotobacter juga mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh, seperti Indol Asam Asetat (IAA) (Wedhastri, 1999). Sifat inilah yang menjelaskan pengaruh menguntungkan Azotobacter sehubungan dengan peran IAA dalam meningkatkan perkembangan dan pembelahan sel tanaman. IAA merangsang perkembangan akar dan memperbanyak bulu-bulu akar tanaman padi (Razie dan Anas, 2005).

Mikroba dan Biokontrol

Beberapa bakteri pelarut phospat juga berperan sebagai biokontrol yang dapat meningkatkan kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman melalui proteksinya terhadap penyakit. Strain tertentu dari Pseudomonas sp. Dapat mencegah tanaman dari patogen fungi yang berasal dari tanah dan potensial sebagai agen biokontrol untuk digunakan secara komersial di rumah kaca maupun di lapangan (Arshad dan Frankenberger, 1993) Pengaruh mikroba pelarut phospat terhadap tanaman dari hasil penelitian menunjukan data yang menggembirakan.

Mungkin, perlu dipertimbangkan untuk memassifkan penggunaan pupuk hayati di kalangan petani dengan cara pemberian subsidi terhadap pemakaian pupuk hayati. Pemberian subsidi secara besar-besaran terhadap penggunaan pupuk hayati ini menjadi sangat penting untuk mengatasi multikompleksnya masalah-masalah pertanian tersebut.

Bukan sekedar memakai bakteri pengurai (Dekomposer) yang tujuannya untuk meningkatkan kadar C-Organiknya, tapi pupuk hayati menjadi kebutuhan mendasar untuk meningkatkan produktivitas lahan tanpa membutuhkan pupuk organik dalam jumlah besar.

Pupuk Hayati dengan populasi ekstrim sangat berarti bagi petani karena ibarat bisa menjadi pabrik NPK, zat perangsang tumbuh organik dan bio pestisida. Banyak penelitian merekomendasikan bahwa untuk tujuan efisiensi, efektivitas, ekonomis dan ramah lingkungan supaya memakai pupuk hayati secara besar-besaran dan berkelanjutan. Jauh lebih penting lagi untuk meningkatkan kemesraan bersahabat dengan lingkungan sebagai wujud idealnya usaha pertanian. ”Kasihi yang di bumi pasti yang di langit mengasihimu“.

Minggu, 17 Juni 2012

Wayan Supadno Motivator Petani Lewat Pupuk Organik Hayati dan Hormon

Penulis: Agrina, formulator organik hayati, profil, Wayan Supadno Sabtu, 24 Desember 2011, 2:43 Semangatnya untuk memajukan pertanian Indonesia tak perlu diragukan lagi. Banyak petani yang terpacu motivasinya setelah bertemu sosok yang satu ini. Tidak mengherankan jika Wayan Supadno dikenal sebagai motivator petani melalui rekayasa budidaya dengan pupuk organik hayati dan hormon/ZPT (Bio-EXTRIM, ORGANOX, dan ZPT HORMAX) guna meningkatkan pendapatan petani. Sampai saat ini, para petani di lebih dari 80 kabupaten di negeri ini, terutama di bidang tanaman pangan dan hortikultura, telah merasakan manfaat dari rekayasa budidaya lewat pupuk organik hayati yang dikerjakan Wayan tersebut. Anak Petani Gurem Dilahirkan di Banyuwangi, 20 Juni 1967, putra pertama dari 4 bersaudara yang sekarang tinggal 3 karena 1 meninggal, Ayahnya bernama Suwarno dan Ibunya bernama Tupon yang memang seolah ditakdirkan hidup tak jauh dari pertanian. Ayahnya adalah petani yang hanya memiliki lahan seperdelapan hektar. Pahit getir kehidupan keluarga petani yang pas-pasan sudah sangat dikenal Wayan. “Sudah sejak kecil, saya biasa ikut membantu Bapak bercocok tanam, padi, jagung, kedelai,” ungkap Wayan. Kehidupan sebagai anak desa yang biasa memandikan kerbau pun dilakoni Wayan di desanya. Hidup sebagai anak petani berpenghasilan pas-pasan itu pula yang membuatnya harus membanting tulang saat menempuh pendidikan Diploma III Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. “Saya harus mengepel rumah orang, menyetrika pakaian orang, juga mengajar demi menyelesaikan studi saya yang juga dibiayai beasiswa pemerintah,” kata Wayan. Meski diakuinya berat karena harus membanting tulang mencari uang, toh studinya selesai juga, dan dia sempat bekerja dua tahun di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang farmasi sebelum akhirnya mengikuti Wajib Militer (Wamil). Seusai menempuh Pendidikan Wamil di Magelang, 1993, dia mulai memasuki karier militer dan ditempatkan di Pematang Siantar, Sumatra Utara, sekarang berpangkat Mayor yang tugasnya di Litbang vaksin, infus, dan senjata biologi. Sekarang juga aktif di MAPORINA (Masyarakat Pertanian Organik Indonesia) sebagai Kabid Litjianbang, juga aktif tulis menulis termasuk di situs www.bangkittani.com. Orang tuanya yang semakin berat mencari penghidupan mengandalkan sawah seluas seperdelapan hektar akhirnya menjual sawahnya di Banyuwangi. Hasilnya dipakai untuk memulai hidup baru di Riau dengan membeli rumah dan lahan milik orang transmigran yang tidak betah seluas 2 hektar di Riau. Sekarang bersyukur karena hidup jauh lebih mapan. “Mestinya banyak petani gurem bisa meniru langkah orang tua saya, tanah yang kian kecil di Jawa jika dijual ternyata bisa menjadi lahan beberapa hektar di luar Jawa,” kenang Wayan. Di Pematang Siantar, dia bertugas sebagai pelatih dan guru militer. Namun, seusai jam kerja, Wayan yang memang memiliki darah petani itu kerap meninjau wilayah di sekitar kompleks militer. Wilayah itu ternyata daerah pertanian, khususnya kelapa sawit. Lantas, dia melihat betapa banyaknya cangkang sawit berserakan di situ. Wayan yang penuh ide berpikir untuk memanfaatkan cangkang sawit tadi. Kemudian dia melakukan riset mengenai cangkang sawit yang ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pengganti batubara. Setelah itu, dia mengajukan proposal kepada PT Indorayon Pulp & Paper yang berada di sana untuk memasok cangkang sawit sebagai pengganti batubara yang memang diperlukan perusahaan tadi. Ternyata, proposalnya diterima. Jadilah Wayan pemasok cangkang batubara ke perusaahaan itu. Tidak main-main, cangkang yang dipasoknya sebanyak 3.000 ton per bulan. “Jadi, saat itu, saya sudah sangat mudah mendapatlkan duit Rp100 juta per bulan,” kata Wayan. Berkat penghasilannya itu, Wayan mampu mengumpulkan duit dan mulai membeli sejumlah lahan sawit. Mula-mula dia membeli 2 hektar, kemudian 6 hektar, lantas 20 hektar dan akhirnya mencapai 400 hektar. “Saya menjadi suplier cangkang sawit selama 5 tahun,” paparnya. Bangkrut Tapi Bangkit Lagi “Tidak Mau Larut Dalam Lumpur Hidup Agar Lekas Bersih” Toh kehidupan tak selalu memberi yang manis, terkadang dia juga mengajarkan pada kita kepahitan. Demikian pula yang terjadi pada Wayan. Usahanya yang terus berkembang sebagai pemasok cangkang sawit sempat mencapai puncaknya dan dia mampu mendirikan sebuah rumah sakit umum di Riau. Namun, cobaan datang, rumah sakitnya mengalami kebangkrutan. “Bahkan saat itu saya sempat memiliki utang sebesar Rp 36 miliar,” tutur suami Ernawati ini. Apa yang telah dimiliki Wayan habis, tinggal rumah dan lahan sebesar 10 hektar. Tak putus asa, Wayan berusaha bangkit dari keterpurukannya. Sempat menjadi distributor pupuk nasional beberapa waktu, tapi dia merasa tidak puas. Jiwa inovatornya membawa dia menjadi formulator pupuk produksinya sendiri. “Ya saya banyak memperbaiki komponen pupuk rekan-rekan saya yang gagal saat menghadapi pengujian,” ujar Wayan. Wayan juga terus melakukan penelitian di bidang bakteri yang ujung-ujungnya membuat dia mampu menghasilkan pupuk organik hayati yang ampuh untuk meningkatkan produksi pertanian. “Sebenarnya ada semua di buku, cuma orang tidak ngeh, tidak bisa kembangkan dan tak bisa buktikan. Di literatur ada, cuma orang tak mengkaji lebih mendalam, tak diimplimentasikan di lapangan, dan membiakkan bakteri mereka tak bisa, saya bisa,” ujar Wayan merendah mengenai produk pupuknya yang banyak dipakai petani itu. Perlahan tapi pasti, Wayan mampu kembali bangkit dalam usahanya. Di bawah bendera CV Bangkit Jaya Abadi, pupuk organik hayatinya segera tersebar di seluruh penjuru Tanah Air. Bukan hanya itu, dia pun kembali mengembangkan lagi bisnis sawitnya yang sempat ambruk. Utangnya yang dulu sangat besar sudah dilunasinya bahkan sekarang tiap bulan untuk gajian pekerjanya saja lebih dari Rp. 100 juta per bulan. Menghidup-hidupkan Kehidupan Mampu mengatasi belenggu kemiskinan di masa muda dan bangkit kembali setelah mengalami kejatuhan tentu membutuhkan jiwa besar dan mental yang luar biasa kuat.Toh Wayan mampu melakukan hal itu. Selalu melakukan inovasi, jeli melihat peluang, dan tabah dalam berjuang, jelas tampak pada perjalanan hidupnya. “Karena saya berprinsip hidup ini harus dihidup-hidupkan agar lebih indah hidupnya. Ibarat tanaman, dia harus disentuh, dipupuk, disiram, barulah dia akan tumbuh dengan sempurna dan menjadi indah. Tanaman pun jika sekadar ditanam, tanpa disiram, disentuh, dikelola, dia akan hidup merana pada akhirnya, ” kata Wayan Supadno yang memiliki No.Hp 0811763161. Mengenai situasi dunia pertanian Indonesia ke depan, Wayan sangat prihatin, “Suram jika tak ada dukungan dari semua pihak. Jika apa saja nantinya diimpor, seperti mulai terlihat gejalanya sekarang ini, siapa yang malu? Bukan hanya Menteri Pertanian, bukan hanya orang yang bergerak di bidang pertanian, tapi kita semua. Jadi, marilah kita semua mendukung bidang pertanian. Ingat, kita bangsa agraris, bangsa pertanian, janganlah ini kita khianati,” tandas ayah dari Wanna Bhakti Wirawan, Satya Weda Witawan, dan Ayu Mega Suryanti ini. Kepada kaum muda yang terjun di agribisnis, Wayan berpesan agar mereka terus melakukan penelitian, eksperimen. “Jadikanlah sawah atau lahan kita sebagai laboratorium. Misalnya, jika punya 5 petak lahan, cobalah satu petak dipakai sebagai lahan untuk menguji perlakuan baru, pendekatran teknologi baru, lalu bandingkan hasilnya, musim tanam berikut itu jadi ilmu baru,” tuturnya. Ditulis oleh : Syaiful Hakim (Tabloid Agrina Vol.7, No. 168, 21 Des 2011 - 3 Jan 2012)